Kamis, 02 Juni 2016

Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Daging menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena cita rasanya yang enak dan kandungan zat gizinya yang tinggi. Sumber daging yang paling familiar dan sangat sering dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia adalah ayam, salah satunya adalah ayam broiler.
            Broiler adalah ayam-ayam muda jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen yang relatif singkat maka jenis ayam ini mempersyaratkan pertumbuhan yang cepat, dada lebar yagn disertai timbunan daging yang baik, dan warna  bulunyang disenangi, biasanya warna putih.
            Ayam broiler telah banyak dipelihara oleh peternak didaerah perkotaan dan pedesaan baik sebagai usaha pokok atau sambilan, terutama di jawa. Penyebaran ayam broiler cukup luas karena produksi dagingnya dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dan harganya yang relatif murah bila dibandingkan degngan daging merah. Di samping itu, pemeliharaan tidak memerlukan lahan yang relatif luas.
Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Yang mana memiliki karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak. Pertambahan berat badan yang ideal adalah 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.
Ayam broiler memiliki tiga tipe fase pemeliharaan yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan. Pada setiap fase memiliki perbedaan pemberian pakan hal ini bertujuan untuk memaksimalkan produksi dan  mendukung pertumbuhan ayam broiler.
Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi.

1.2.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang penulisan makalah ini, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan ayam broiler?
2.      Bagaimana sistem perkandangan yang baik untuk ayam broiler?
3.      Bagaimana pemberian pakan yang baik untuk ayam broiler?
4.      Penyakit apa saja yang dapat menyerang ayam broiler dan cara pencegahan beserta pengobatannya?
1.3.      Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ayam broiler yang baik dan efektif sehingga dapat meningkatkan populasi dan produktifitas ayam broiler.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah (Suprijatna et al., 2005). Dijelaskan lebih lanjut oleh Siregar et al. (1980) bahwa ayam Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi.
Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Menurut Rasyaf (1994) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Ayam broiler pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya.

2.2. Sistem Perkandangan
Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi ayam, mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan dan bahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Kandang serta peralatan yang ada di dalamnya merupakan sarana pokok untuk terselenggarakannya pemeliharaan ayam secara intensive, berdaya guna dan berhasil guna. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah pemilihan tempat atau lokasi untuk mendirikan kandang serta konstruksi atau bentuk kandang itu sendiri. Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang cukup besar nilainya, maka sedapat mungkin semenjak awal dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam pembangunannya, apabila keliru akibatnya akan menimbulkan problema-problema terus menerus sedangkan perbaikan tambal sulam tidak banyak membantu (Williamsons dan Payne, 1993).
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama(Cahyono dan Bambang,1995).


2.2.1. Pemeliharaan Starter
            Sebelum anak ayam tiba maka kandang harus sudah siap. Persiapan kandang doc untuk ayam broiler tidak berbeda dengan doc utuk ayam petelur. Begitu pula perlengkapan kandangnya, sampai mencapai pertumbuhan bulu yang sempurna. Penempatan tempat makan atau minum juga sama.Saat ini berbagai perlengkapan kandang (tempat makan / minum) buatan pabrik, dari yang sederhana sampai yang otomatis mulai banyak diperjualbelikan.

2.2.2. Pemeliharaan Grower/Finisher
2.2.2.1. Sistem Litter
            Anak ayam yang bulunya telah tumbuh sempurna (selesai fase starter) biasanya dipindahkan ke kandang finisher. Dalam pemeliharaan broiler biasanya kandang untuk pemeliharaan finisher juga digunakan untuk brooder.Bagunan kandang yang digunakan yaitu kandang yang kedua sisi dindingnya terbuka sebagai ventilasi. Pemeliharaan ayam broiler biasanya menggunakan sistem litter. Sistem litter yaitu kandang yang lantainya ditutup dengan bahan organik yang partikelnya berukuran kecil. Sistem litter banyak dipakai karena pemeliharaannya mudah dan murah. Sementara pemeliharaan dalam sistem cage biayanya lebih mahal dan pemeliharaannya relatif lebih sulit.Kandang sistem litter dengan populasi terlalu padat biasanya sanagnt bau dan kondisi litter basah. Bau ini timbul karena adanya gas amonia (NH3) yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam proses pembusukan kotoran. Jika kadar amonia dalam kandang sudah mencapai 50 ppm maka berat badan ayam yang dipelihara akan berkuarang sekitar 8% pada umur 7 minggu. Kondisi litter yang basah bisa menimbulkan berbagai macam penyakit (snot, penyakit cacing, dan sebagainya).Kadar amonia dalam kandang akan cepat, meningkat jika pH litter mencapai 8, sedangkan jika pH < 7 maka amonia yang terbentuk akan lebih sedikit. Untuk mengurangi bau dalam kandang ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.       Mengurangi kepadatan ayam dalam kandang. Kepadatan biasanya 10-12 ekor/m2, untuk dataran rendah biasanya 8-10 ekor/m2.
b.      Dengan mencampurkan superphosphat 1,09 kg/m2  pada litter atau dengan menyemprotkan posphoric acid 1,9 liter/m2.

2.2.2.2. Sistem Cage
            Selain pemeliharaan dalam sistem litter, ayam broiler dapat pula dipelihara dalam sistem cage. Peternak jarang yang menggunakan sistem ini karena biayanya cukup mahal.
Kelebihan pemeliharaan dengan sistem cage yaitu sebagai berikut.
a.      Lebih banyak ayam yang bisa dipelihara karena kandang bisa ditingkatkan.
b.      Penangkapan ayam lebih mudah pada saat akan dipasarkan dan resiko bruises (memar) dapat dikurangi.
c.      Biaya litter tidak ada.
d.     Penyakit coccidiocis dapat dikurangi.
e.      Pembersihan kandang lebih mudah.
Kerugian pemeliharaan dengan sistem cage yaitu sebagai berikut.
a.   Banyak yang mengalami breast blister (lepuh dada).
b.   Tulang dada banyak yang bengkok.
c.   Banyak trim (garis-garis merah) pada kulit setelah processing.
d.  Tulang sayap biasanya rapuh, sehingga banyak terjadi kerusakan pada saat apkir.
e.   Sering terjadi infeksi pada folicle bulu.

2.3. Pemberian Pakan
Pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses pertumbuhan (Suprijatna et al., 2005). Ayam broiler sebagai bangsa unggas umumnya tidak dapat membuat makanannya sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan dengan cara mengambil makanan yang layak baginya agar kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral harus dipenuhi agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi- fungsi tubuhnya secara normal. Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi ayam broiler sangat besar (Rasyaf, 1994).
Pakan memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004). Pemberian pakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi (Suprijatna et al. 2005).  Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.

2.3.1.      Ransum starter (0-3 minggu)
Ransum adalah campuran dari berbagai bahan pakanyang diberikan selama 24 jam. Bahan pakan yang biasa digunakan untuk ransum ayam broiler yaitu jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, minyak kelapa, kulit kerang, dan tepung tulang.Penyusunan ransum ayam broiler didasarkan pada kandungan energi dan protein. Untuk ayam broiler, pada umur 0-3 minggu ransum yang digunakan harus mengandung protein 23% dan energi metabolis 3.200 kkal/kg. Namun menurut beberapa penelitian bisa juga digunakan ransum dengan protein 22% dan energi metabolis 3000 kkal/kg sampai ayam tersebut dipanen. Kandungan lain yang harus diperhatikan yaitu serat kasar 7%, lemak 8%, kalsium 1%, dan phosphor yang tersedia sekitar 0,45%.Untuk itu jika akan menyusun ransum perlu diketahui kandungan zat-zat makanan yang terkandung di dalam bahan pakan yang akan digunakan. Kandungan zat makanan dapat diketahui melalui analisa laboratorium dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan zat-zat makanan dan energi metabolis pakan
No
Bahan pakan
Protein (%)
Lemak (%)
Serat kasar (%)
Energi metabolis (kkal/kg)
1
Jagung kuning
8,6
3,9
2,0
3.370
2
Dedak halus
12,0
13,0
12,0
1.630
3
Bungkil kedelai
45,0
0,9
6,0
2.240
4
Bungkil kelapa
21,0
1,8
15,0
1.540
5
Bungkil kacang tanah
42,0
1,9
17,0
2.200
6
Tepung ikan
61,0
4,0
1,0
2.830

Berdasarkan hasil analisa kandungan zat-zat pada bahan pakan dan kebutuhan ransum untuk ayam maka dapat disusun ransum yang diperlukan. Contoh ransum ayam broiler untuk fase starter dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Susunan ransum ayam broiler fase starter
No
Bahan pakan
Jumlah
Protein
lemak
Serat kasar
EM
1
Jagung
60,00
5,16
2,34
1,20
2.022,00
2
Dedak halus
3,00
0,36
0,39
0,36
48,90
3
Bungkil kedelai
20,50
9,23
0,18
1,23
459,20
4
Bungkil kelapa
1,50
0,32
0,02
0,23
23,10
5
Tepung ikan
13,00
7,90
0,52
0,13
370,50
6
Minyak kelapa
1,50
-
-
-
129,00
7
Premix-A
0,50
-
-
-
-

Jumlah
100,00
22,97
3,45
3,15
3.052,70
                    
2.3.2.   Ransum Fase Finisher
            Pada periode finisher (umur 3-6 minggu), kondisi pertumbuhan ayam broiler mulai menurun. Untuk itu, protein dalam ransum diturunkan menjadi 20% (NRC, 1994), sedangkan energi ransum, yang digunakan 3000-3200 kkal/kg. Bahan-bahan penyusun ransum untuk starter tidak berbeda dengan bahan penyusun ransum untuk finisher. Bentuk fisik ransum yang biasa diberikan pada ayam broiler bisa berbentuk pellet, mash, atau crumble. Ransum ayam broiler banyak dijual dengan merk dagang yang berbeda-beda, tergantung pabrik yang mengeluarkan.
            Penggantian ransum starter dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap. Pada hari pertama mula-mula deberi ransum starter 75% di tambah ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum finisher 75% dan pada hari berikutnya baru diberikan ransum finisher seluruhnya. Jika tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu makan ayam menurun untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan.
            Kadang-kadang para peternak tidak membeli ransum yang sudah jadi, tetapi membeli konsentrat dan mencampurnya dengan bahan pakan yang mereka miliki misalnya jagung. Konsentrat adalah campuran bahan pakan yang mengandung gizi tinggi untuk dicampur dengan bahan pakan lain sehingga tercapai kebutuhan untuk ternak yang akan diberi makan sesuai dengan tujuan produksinya.

Tabel 4. Susunan Ransum Broiler Finisher
No
Bahan Pakan
Jumlah
PK (%)
LK
(%)
SK
(%)
CA
(%)
P
(%)
EM (kkal/kg)
1
Jagung kuning
60,0
5,16
2,34
1,20
0,01
0,06
2.022,00
2
Bungkil kedelai
15,0
6,75
0,13
0,90
0,04
0,04
336,00
3
Dedak halus
5,5
0,66
0,71
0,66
0,01
0,01
89,65
4
Tepung ikan
11,0
6,71
0,44
0,31
0,60
0,30
311,30
5
Bungkil kelapa
5,0
1,05
0,09
0,75
0,01
0,01
84,70
6
Minyak kelapa
2,0
-
2,00
-
-
-
172,00
7
Grit
1,0
-
-
-
0,38
0,20
-
8
premix
0,5
-
-
-
-
-
-
Jumlah
100,0
20,33
5,71
3,62
1,05
0,62
3.015,65


2.4.     Manajemen Kesehatan pada Ayam Broiler
            Upaya yang dapat dilakukan untuk menghasilkan ayam broiler yang sehat, selain memperhatikan kebersihan lingkungan juga perlu melakukan vaksinasi maupun pemberian obat-obatan dan vitamin. Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit unggas menular yang tidak bisa diobati misalnya ND/tetelo, dan gumboro. Jenis vaksin ND ini banyak tersedia di poultry shop dengan merk dagang dan cara penggunaan yang berbeda. Contoh vaksin gumboro yaitu Medivac Gumboro-A, yang diberikan sekitar 12 hari. Pemberian jenis vaksin yang berbeda tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan karena dikhawatirkan ayam tidak tahan. Contoh program pencegahan penyakit dalam pemeliharaan ayam broiler dapat dilihat pada tabel 3.
            Dosis pemakaian dan petunjuk penggunaannya biasanya tercantum dalam kemasan vaksin yang akan digunakan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada sore hari agar ayam lebih mudah ditangkap (bila vaksin melalui suntikan ). Di samping itu, vaksin tidak akan terkena sinar matahari yang dapat mematikan vaksin. Jika vaksin diberikan melalui air minum, maka ayam harus dipuasakan dulu sekitar 2-3 jam sebelummya supaya air minum yang telah diberi larutan vaksin cepat habis, sehingga vaksin tidak mati atau terbuang.
            Program pencegahan penyakit atau penggunaan obat-obatan/ vitamin, untuk tiap peternak berbeda-beda tergantung kepada jenis penyakit yang sering timbul di peternakan tersebut. Serangan penyakit ini dapat meningkatkan angka kematian. Angka kematian sekitar 5% dari mulai pemeliharaan DOC sampai dipasarkan, masih dianggap cukup berhasil.

Tabel 3. Program pencegahan penyakit dalam pemeliharaan ayam broiler
Umur (hari)
Nama vaksin/obat
Teknik pelaksanaan
tujuan
1-2
Hidrostress
5 g/10 liter air minum
Mengurangi stress
1-6
Vaksin ND
  Tetes mata
Mencegah penyalit ND
3-5
Sindoflox
1 ml/2 liter air minum
Mencegah CRD
6-8
Vitastress
1 g/1 liter air minum
Mengurangi stress
9-11
Theraphy
1 g/2 liter air minum
Mencegah coccidiocis
12
Medivac Gumboro A
Melalui air minum
Mencegah gumboro
12-15
Hidrostress
5 g/10 liter air minum
Mengurangi stres
16-17
Theraphy
1 g/2 liter air minum
Mencegah coccidiocis
18-19
Hidrostress
5 g/10 liter air minum
Mengurangi stres
22-23
Theraphy
1 g/2 liter air minum
Mencegah coccidiocis
24-27
Hidrostress
5 g/2 liter air minum
Mengurangi stres
28-23
Dinabro
5 g/10 liter air minum
Merangsang pertumbuhan





















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeliharaan ayam broiler ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik. Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan.


















DAFTAR PUSTAKA
Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Pustaka Nusatama, Yogyakarta

Fadillah. R, 2004. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka, Ciganjur.

Murtidjo. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.

[NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Rev ke-9. Washington DC: Academy Pr.

Rasyaf. M, 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta

Siregar, A. P., M. Sabrani, dan Pranu. 1980. Teknik Beternak Ayam Daging di Indonesia. Margine Group, Jakarta.

Suprijatna, E, U.Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasr Ternak         Unggas. Peneber Swadaya, Jakarta.

Williamson, G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar