BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Daging menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber
protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena cita
rasanya yang enak dan kandungan zat gizinya yang tinggi. Sumber daging yang
paling familiar dan sangat sering dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia adalah ayam, salah satunya adalah ayam broiler.
Broiler adalah ayam-ayam muda jantan
atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai
penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen yang relatif singkat maka jenis
ayam ini mempersyaratkan pertumbuhan yang cepat, dada lebar yagn disertai
timbunan daging yang baik, dan warna
bulunyang disenangi, biasanya warna putih.
Ayam broiler telah banyak dipelihara
oleh peternak didaerah perkotaan dan pedesaan baik sebagai usaha pokok atau
sambilan, terutama di jawa. Penyebaran ayam broiler cukup luas karena produksi
dagingnya dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dan harganya yang
relatif murah bila dibandingkan degngan daging merah. Di samping itu,
pemeliharaan tidak memerlukan lahan yang relatif luas.
Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan
antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Yang mana memiliki karakteristik
ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan
rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil
daging dengan serat lunak. Pertambahan berat badan yang ideal adalah 400 gram
per minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.
Ayam broiler memiliki tiga tipe fase
pemeliharaan yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6
minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan. Pada setiap fase memiliki
perbedaan pemberian pakan hal ini bertujuan untuk memaksimalkan produksi
dan mendukung pertumbuhan ayam broiler.
Hal-hal
yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain
perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan,
recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam
tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila
ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian
pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat badan,
sehingga akan menambah biaya produksi.
1.2. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang penulisan makalah ini, maka masalah yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan ayam broiler?
2.
Bagaimana
sistem perkandangan yang baik untuk ayam broiler?
3.
Bagaimana
pemberian pakan yang baik untuk ayam broiler?
4.
Penyakit
apa saja yang dapat menyerang ayam broiler dan cara pencegahan beserta
pengobatannya?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
manajemen pemeliharaan ayam broiler yang baik dan efektif sehingga dapat
meningkatkan populasi dan produktifitas ayam broiler.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ayam Broiler
Ayam broiler
merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth
Rock. Karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi
pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai
penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Ayam broiler adalah ayam
yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu
merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah (Suprijatna et al.,
2005). Dijelaskan lebih lanjut oleh Siregar et al. (1980) bahwa ayam
Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran
badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan
cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi.
Ayam pedaging
ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4 kg tergantung pada efisiensinya
perusahaan. Menurut Rasyaf (1994) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam
betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan
tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan
timbunan daging yang banyak. Ayam broiler pertumbuhannya cepat pada fase hidup
awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan
jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam
pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena
ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya.
2.2. Sistem Perkandangan
Kandang yang
baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi ayam, mudah dalam
tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan
kesehatan dan bahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Kandang serta
peralatan yang ada di dalamnya merupakan sarana pokok untuk terselenggarakannya
pemeliharaan ayam secara intensive, berdaya guna dan berhasil guna. Beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah pemilihan tempat atau
lokasi untuk mendirikan kandang serta konstruksi atau bentuk kandang itu
sendiri. Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang cukup besar nilainya,
maka sedapat mungkin semenjak awal dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam
pembangunannya, apabila keliru akibatnya akan menimbulkan problema-problema
terus menerus sedangkan perbaikan tambal sulam tidak banyak membantu
(Williamsons dan Payne, 1993).
Sistem
perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan
temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara
60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak
kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin
kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2
minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2
atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa
dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak
harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama(Cahyono
dan Bambang,1995).
2.2.1. Pemeliharaan Starter
Sebelum anak ayam tiba maka kandang
harus sudah siap. Persiapan kandang doc untuk ayam broiler tidak berbeda dengan
doc utuk ayam petelur. Begitu pula perlengkapan kandangnya, sampai mencapai
pertumbuhan bulu yang sempurna. Penempatan tempat makan atau minum juga
sama.Saat ini berbagai perlengkapan kandang (tempat makan / minum) buatan
pabrik, dari yang sederhana sampai yang otomatis mulai banyak diperjualbelikan.
2.2.2. Pemeliharaan Grower/Finisher
2.2.2.1. Sistem Litter
Anak
ayam yang bulunya telah tumbuh sempurna (selesai fase starter) biasanya
dipindahkan ke kandang finisher. Dalam pemeliharaan broiler biasanya kandang
untuk pemeliharaan finisher juga digunakan untuk brooder.Bagunan kandang yang
digunakan yaitu kandang yang kedua sisi dindingnya terbuka sebagai ventilasi.
Pemeliharaan ayam broiler biasanya menggunakan sistem litter. Sistem litter
yaitu kandang yang lantainya ditutup dengan bahan organik yang partikelnya
berukuran kecil. Sistem litter banyak dipakai karena pemeliharaannya mudah dan
murah. Sementara pemeliharaan dalam sistem cage biayanya lebih mahal dan
pemeliharaannya relatif lebih sulit.Kandang sistem litter dengan populasi
terlalu padat biasanya sanagnt bau dan kondisi litter basah. Bau ini timbul
karena adanya gas amonia (NH3) yang dihasilkan oleh mikroorganisme
dalam proses pembusukan kotoran. Jika kadar amonia dalam kandang sudah mencapai
50 ppm maka berat badan ayam yang dipelihara akan berkuarang sekitar 8% pada
umur 7 minggu. Kondisi litter yang basah bisa menimbulkan berbagai macam
penyakit (snot, penyakit cacing, dan sebagainya).Kadar amonia dalam kandang
akan cepat, meningkat jika pH litter mencapai 8, sedangkan jika pH < 7 maka
amonia yang terbentuk akan lebih sedikit. Untuk mengurangi bau dalam kandang
ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.
Mengurangi
kepadatan ayam dalam kandang. Kepadatan biasanya 10-12 ekor/m2,
untuk dataran rendah biasanya 8-10 ekor/m2.
b.
Dengan
mencampurkan superphosphat 1,09 kg/m2
pada litter atau dengan menyemprotkan posphoric acid 1,9 liter/m2.
2.2.2.2. Sistem Cage
Selain pemeliharaan dalam sistem
litter, ayam broiler dapat pula dipelihara dalam sistem cage. Peternak jarang
yang menggunakan sistem ini karena biayanya cukup mahal.
Kelebihan pemeliharaan dengan sistem cage yaitu sebagai
berikut.
a. Lebih banyak ayam yang bisa
dipelihara karena kandang bisa ditingkatkan.
b. Penangkapan ayam lebih mudah pada
saat akan dipasarkan dan resiko bruises (memar) dapat dikurangi.
c. Biaya litter tidak ada.
d. Penyakit coccidiocis dapat
dikurangi.
e. Pembersihan kandang lebih mudah.
Kerugian pemeliharaan dengan sistem cage yaitu sebagai
berikut.
a.
Banyak
yang mengalami breast blister (lepuh dada).
b.
Tulang
dada banyak yang bengkok.
c.
Banyak
trim (garis-garis merah) pada kulit setelah processing.
d.
Tulang
sayap biasanya rapuh, sehingga banyak terjadi kerusakan pada saat apkir.
e.
Sering
terjadi infeksi pada folicle bulu.
2.3. Pemberian Pakan
Pakan adalah
campuran dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik untuk ternak yang
berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses pertumbuhan
(Suprijatna et al., 2005). Ayam broiler sebagai bangsa unggas umumnya
tidak dapat membuat makanannya sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan dengan
cara mengambil makanan yang layak baginya agar kebutuhan nutrisinya dapat
dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral harus dipenuhi agar
pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi- fungsi
tubuhnya secara normal. Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi ayam
broiler sangat besar (Rasyaf, 1994).
Pakan memiliki
peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari
total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004). Pemberian pakan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas
tubuh dan produksi (Suprijatna et al. 2005). Pakan yang diberikan
harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari
(Average Daily Gain/ADG) tinggi.
2.3.1. Ransum
starter (0-3 minggu)
Ransum adalah campuran dari berbagai
bahan pakanyang diberikan selama 24 jam. Bahan pakan yang biasa digunakan untuk
ransum ayam broiler yaitu jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil
kelapa, tepung ikan, minyak kelapa, kulit kerang, dan tepung tulang.Penyusunan ransum
ayam broiler didasarkan pada kandungan energi dan protein. Untuk ayam broiler,
pada umur 0-3 minggu ransum yang digunakan harus mengandung protein 23% dan
energi metabolis 3.200 kkal/kg. Namun menurut beberapa penelitian bisa juga
digunakan ransum dengan protein 22% dan energi metabolis 3000 kkal/kg sampai
ayam tersebut dipanen. Kandungan lain yang harus diperhatikan yaitu serat kasar
7%, lemak 8%, kalsium 1%, dan phosphor yang tersedia sekitar 0,45%.Untuk itu
jika akan menyusun ransum perlu diketahui kandungan zat-zat makanan yang
terkandung di dalam bahan pakan yang akan digunakan. Kandungan zat makanan
dapat diketahui melalui analisa laboratorium dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel
1. Kandungan zat-zat makanan dan energi metabolis pakan
No
|
Bahan pakan
|
Protein (%)
|
Lemak (%)
|
Serat kasar (%)
|
Energi metabolis (kkal/kg)
|
1
|
Jagung kuning
|
8,6
|
3,9
|
2,0
|
3.370
|
2
|
Dedak halus
|
12,0
|
13,0
|
12,0
|
1.630
|
3
|
Bungkil kedelai
|
45,0
|
0,9
|
6,0
|
2.240
|
4
|
Bungkil kelapa
|
21,0
|
1,8
|
15,0
|
1.540
|
5
|
Bungkil kacang tanah
|
42,0
|
1,9
|
17,0
|
2.200
|
6
|
Tepung ikan
|
61,0
|
4,0
|
1,0
|
2.830
|
Berdasarkan hasil analisa kandungan zat-zat pada bahan pakan
dan kebutuhan ransum untuk ayam maka dapat disusun ransum yang diperlukan.
Contoh ransum ayam broiler untuk fase starter dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Susunan ransum ayam broiler fase starter
No
|
Bahan pakan
|
Jumlah
|
Protein
|
lemak
|
Serat kasar
|
EM
|
1
|
Jagung
|
60,00
|
5,16
|
2,34
|
1,20
|
2.022,00
|
2
|
Dedak halus
|
3,00
|
0,36
|
0,39
|
0,36
|
48,90
|
3
|
Bungkil kedelai
|
20,50
|
9,23
|
0,18
|
1,23
|
459,20
|
4
|
Bungkil kelapa
|
1,50
|
0,32
|
0,02
|
0,23
|
23,10
|
5
|
Tepung ikan
|
13,00
|
7,90
|
0,52
|
0,13
|
370,50
|
6
|
Minyak kelapa
|
1,50
|
-
|
-
|
-
|
129,00
|
7
|
Premix-A
|
0,50
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
100,00
|
22,97
|
3,45
|
3,15
|
3.052,70
|
2.3.2. Ransum Fase Finisher
Pada
periode finisher (umur 3-6 minggu), kondisi pertumbuhan ayam broiler mulai
menurun. Untuk itu, protein dalam ransum diturunkan menjadi 20% (NRC, 1994),
sedangkan energi ransum, yang digunakan 3000-3200 kkal/kg. Bahan-bahan penyusun
ransum untuk starter tidak berbeda dengan bahan penyusun ransum untuk finisher.
Bentuk fisik ransum yang biasa diberikan pada ayam broiler bisa berbentuk
pellet, mash, atau crumble. Ransum ayam broiler banyak dijual dengan merk
dagang yang berbeda-beda, tergantung pabrik yang mengeluarkan.
Penggantian
ransum starter dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan sekaligus,
tetapi secara bertahap. Pada hari pertama mula-mula deberi ransum starter 75%
di tambah ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum finisher 75%
dan pada hari berikutnya baru diberikan ransum finisher seluruhnya. Jika
tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu makan ayam menurun untuk beberapa hari
dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan.
Kadang-kadang
para peternak tidak membeli ransum yang sudah jadi, tetapi membeli konsentrat
dan mencampurnya dengan bahan pakan yang mereka miliki misalnya jagung.
Konsentrat adalah campuran bahan pakan yang mengandung gizi tinggi untuk
dicampur dengan bahan pakan lain sehingga tercapai kebutuhan untuk ternak yang
akan diberi makan sesuai dengan tujuan produksinya.
Tabel 4. Susunan Ransum Broiler Finisher
No
|
Bahan Pakan
|
Jumlah
|
PK (%)
|
LK
(%)
|
SK
(%)
|
CA
(%)
|
P
(%)
|
EM (kkal/kg)
|
1
|
Jagung kuning
|
60,0
|
5,16
|
2,34
|
1,20
|
0,01
|
0,06
|
2.022,00
|
2
|
Bungkil kedelai
|
15,0
|
6,75
|
0,13
|
0,90
|
0,04
|
0,04
|
336,00
|
3
|
Dedak halus
|
5,5
|
0,66
|
0,71
|
0,66
|
0,01
|
0,01
|
89,65
|
4
|
Tepung ikan
|
11,0
|
6,71
|
0,44
|
0,31
|
0,60
|
0,30
|
311,30
|
5
|
Bungkil kelapa
|
5,0
|
1,05
|
0,09
|
0,75
|
0,01
|
0,01
|
84,70
|
6
|
Minyak kelapa
|
2,0
|
-
|
2,00
|
-
|
-
|
-
|
172,00
|
7
|
Grit
|
1,0
|
-
|
-
|
-
|
0,38
|
0,20
|
-
|
8
|
premix
|
0,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
100,0
|
20,33
|
5,71
|
3,62
|
1,05
|
0,62
|
3.015,65
|
2.4. Manajemen Kesehatan pada Ayam
Broiler
Upaya
yang dapat dilakukan untuk menghasilkan ayam broiler yang sehat, selain
memperhatikan kebersihan lingkungan juga perlu melakukan vaksinasi maupun
pemberian obat-obatan dan vitamin. Vaksinasi dilakukan untuk mencegah penyakit
unggas menular yang tidak bisa diobati misalnya ND/tetelo, dan gumboro. Jenis
vaksin ND ini banyak tersedia di poultry shop dengan merk dagang dan cara
penggunaan yang berbeda. Contoh vaksin gumboro yaitu Medivac Gumboro-A, yang
diberikan sekitar 12 hari. Pemberian jenis vaksin yang berbeda tidak dilakukan
pada waktu yang bersamaan karena dikhawatirkan ayam tidak tahan. Contoh program
pencegahan penyakit dalam pemeliharaan ayam broiler dapat dilihat pada tabel 3.
Dosis
pemakaian dan petunjuk penggunaannya biasanya tercantum dalam kemasan vaksin
yang akan digunakan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan pada sore hari agar ayam
lebih mudah ditangkap (bila vaksin melalui suntikan ). Di samping itu, vaksin
tidak akan terkena sinar matahari yang dapat mematikan vaksin. Jika vaksin
diberikan melalui air minum, maka ayam harus dipuasakan dulu sekitar 2-3 jam
sebelummya supaya air minum yang telah diberi larutan vaksin cepat habis,
sehingga vaksin tidak mati atau terbuang.
Program
pencegahan penyakit atau penggunaan obat-obatan/ vitamin, untuk tiap peternak
berbeda-beda tergantung kepada jenis penyakit yang sering timbul di peternakan
tersebut. Serangan penyakit ini dapat meningkatkan angka kematian. Angka
kematian sekitar 5% dari mulai pemeliharaan DOC sampai dipasarkan, masih
dianggap cukup berhasil.
Tabel 3. Program pencegahan penyakit
dalam pemeliharaan ayam broiler
Umur (hari)
|
Nama vaksin/obat
|
Teknik pelaksanaan
|
tujuan
|
1-2
|
Hidrostress
|
5 g/10 liter air minum
|
Mengurangi stress
|
1-6
|
Vaksin ND
|
Tetes mata
|
Mencegah penyalit ND
|
3-5
|
Sindoflox
|
1 ml/2 liter air minum
|
Mencegah CRD
|
6-8
|
Vitastress
|
1 g/1 liter air minum
|
Mengurangi stress
|
9-11
|
Theraphy
|
1 g/2 liter air minum
|
Mencegah coccidiocis
|
12
|
Medivac Gumboro A
|
Melalui air minum
|
Mencegah gumboro
|
12-15
|
Hidrostress
|
5 g/10 liter air minum
|
Mengurangi stres
|
16-17
|
Theraphy
|
1 g/2 liter air minum
|
Mencegah coccidiocis
|
18-19
|
Hidrostress
|
5 g/10 liter air minum
|
Mengurangi stres
|
22-23
|
Theraphy
|
1 g/2 liter air minum
|
Mencegah coccidiocis
|
24-27
|
Hidrostress
|
5 g/2 liter air minum
|
Mengurangi stres
|
28-23
|
Dinabro
|
5 g/10 liter air minum
|
Merangsang pertumbuhan
|
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Pemeliharaan ayam broiler ditujukan untuk mencapai beberapa
sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat
timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik. Untuk
mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan
sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu perkandangan dan
peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian
pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyono dan
Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Pustaka
Nusatama, Yogyakarta
Fadillah. R,
2004. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka, Ciganjur.
Murtidjo. 1987. Pedoman
Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.
[NRC] National
Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Rev ke-9.
Washington DC: Academy Pr.
Rasyaf. M,
1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta
Siregar, A.
P., M. Sabrani, dan Pranu. 1980. Teknik Beternak Ayam Daging di Indonesia.
Margine Group, Jakarta.
Suprijatna, E, U.Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasr Ternak Unggas. Peneber Swadaya, Jakarta.
Williamson,
G. and W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar